WAKTU LAKSANA PEDANG KEHIDUPAN

  WAKTU LAKSANA PEDANG KEHIDUPAN




Waktu adalah salah satu nikmat yang agung dari Allâh SWT kepada manusia. Sudah sepantasnya manusia memanfaatkannya secara baik, efektif dan semaksimal mungkin untuk amal shalih.


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

ِ وَالْعَصْرِ

Demi masa,

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

sungguh, manusia berada dalam kerugian,

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

(QS. Al-‘Ashr [103] : Ayat 1-3)


Waspadalah terhadap waktu luang karena ia lebih banyak membuka pintu maksiat daripada syukur. (Umar bin Khatab)

Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya ”Al waqtu fi Hayatil Muslim” Menjelaskan “Al Waqtu Huwal Hayat” Waktu adalah hidup itu sendiri, dan waktu mempunyai tiga ciri yakni:

1. Waktu cepat berlalu

2.Waktu yang berlalu tidak akan mungkin kembali lagi

3.Waktu itu adalah harta yang paling mahal bagi setiap Muslim.

Cara setiap orang merasakan waktu berbeda karena “satuan waktu” yang mereka gunakan juga berbeda. Itu lahir dari falsafah hidup yang juga berbeda. Jika kita memaknai hidup sebagai pertanggungjawaban, maka waktu adalah masa kerja adalah ladang beramal. Waktu adalah kehidupan itu sendiri yang harus kita kerjakan. 

Beliau juga menjelaskan bahwa orang-orang beriman membagi waktu seperti juga hidupnya ke dalam waktu dunia dan waktu akhirat. Itu dua sistem waktu yang sama sekali berbeda. Waktu dunia adalah waktu kerja. Waktu akhirat adalah waktu pertanggungjawaban dan pembalasan atas nilai waktu kerja di dunia. Waktu kerja di dunia mengharuskan kita memaknai setiap satuan waktu sebagai satuan kerja. Satu unit waktu harus sama dengan satu unit amal. Persamaan itu, satu unit waktu sama dengan satu unit kerja, membuat hidup kita jadi padat sepadat-padatnya, nilai waktu terletak pada isinya, yaitu kerja!

Tidak ada hal yang paling tidak bisa dipertanggungjawabkan dalam hidup orang beriman selain waktu luang. Itu hidup yang tidak terencana. Waktu luang lahir dari pikiran dan jiwa yang kosong, yang tidak punya daftar pekerjaan yang harus dieksekusi. Hidup mereka longgar tak bernas. Mereka yang punya daftar pekerjaan untuk dieksekusi menempatkan waktu sebagai sumber daya tak tergantikan.

Imam Hasan Al Banna mengatakan kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia. Seharusnya kita teratur dalam urusan, harishun ala waqtihi karena itu tidak boleh lewat tanpa nilai.

Mari menata waktu kita dari hal sederhana, membiasakan diri sholat lima waktu di awal waktu dan bagi pria membiasakan sholat berjama’ah di masjid.

Mengambil momen tertentu untuk menata urusan kita, misal mengambil momen dipergantian tahun untuk mengevaluasi diri kita setahun belakang dan membuat rencana capaian selama setahun berikutnya.

Niatkan segala aktivitas, kegiatan dan pekerjaan kita karena Allah SWT sehingga kita bisa mengonversi/ merubah segala aktivitas, kegiatan dan pekerjaan kita menjadi ibadah menjadi amal menjadi kerja, bukankah Allah SWT menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya?


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)


Jadikan urusan akhirat itu ada dalam setiap tarikan-tarikan nafas kita dan di setiap tempat.

Allahu A’lam


Jagalah 5 perkara sebelum 5 perkara

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya;

"Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi).

Usia muda adalah masa emas dalam hidup, namun ia akan berlalu dan berganti tua. Sehat adalah nikmat terbesar, sebab saat sakit, seseorang akan kesulitan beraktivitas.

Begitu pula dengan kaya dan waktu luang, berapa banyak orang yang mengharapkan keduanya. Lebih parah lagi, keempat perkara ini bisa hilang begitu saja dengan dicabutnya ruh dari badan.

Lima perkara pertama ini harus dimanfaatkan, sebab, Allah Swt akan menanyakannya di akhirat kelak.

Rasulullah Saw bersabda:

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya." (HR Tirmidzi).


Imam syafi'i berpesan :

 الوقت كالسيف ان لم تقطعه قطعك 

"Waktu itu bagaikan pedang jikalau kamu tidak bisa menggunakan pedang itu maka pedang itu sendiri yang akan menebasmu." Mari gunakan waktu kita sebaik mungkin  Karna waktu lampau tak akan terulang lagi Waktu esok berjalan tanpa kita ketahui Dan waktu sekarang bisa kita perbaiki. 

Seperti halnya orang yang tidak memanfaatkan waktu secara optimal mirip dengan pribadi yang menyia-nyiakan hidupnya. 


Penulis : Wulan Suci Rahayu


#Pelajar Nusantara

#Salam Belajar

{Belajar, Berjuang, Bertaqwa}

Posting Komentar

Monggo bisa di kasih komentarnya gays

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak